Memamerkan selera musik adalah
salah satu hal esensial dalam merayakan keintiman musik. Dengan bantuan internet,
melakukannya bahkan menjadi jauh lebih mudah. Cukup lewat hashtag #nowplaying, memaksimalkan fitur status musik di jejaring
sosial Path atau menyusun mixtape di
situs 8tracks. Meskipun bagi sekelompok orang, melakukan sleeveface atau mengoleksi kaos band yang tergolong obscure masih jauh lebih pretensius.
Kami memiliki cara tersendiri
untuk berbagi musik kesukaan kami dan tentu saja untuk alasan itulah kolom ini
dibuat. Lewat kolom ini, setiap bulannya kami akan menampilkan sejumlah lagu
yang terus-menerus memborbardir speaker
kami selama sebulan terakhir. Lagu-lagu yang disertakan di sini adalah lagu yang
dirilis selama September dan dapat didengar secara online, entah itu dalam bentuk single
ataupun video.
September sendiri merupakan bulan
yang cukup sibuk menurut pantauan kami. Di awal bulan, Karen O menerbitkan
“diary patah hati” yang berwujud album Crush
Songs. Tiga hari berselang, giliran Interpol yang mengambil alih perhatian
dengan El Pintor. Jangan lupakan pula
kolaborasi sinting antara Mastodon dan Gibby Haynes dalam single yang dirilis khusus untuk program Adult Swim. Di pertengahan
bulan, Julian Casablancas bersama The Voidz meluncurkan Tyranny yang seolah menuntaskan obsesi tanggung
Casablancas di album terakhir The Strokes. Yang paling pintar mencuri perhatian
tentu saja Thom Yorke yang secara tiba-tiba merilis album solo Tomorrow’s
Modern Boxes dengan cara yang mengejutkan pula: lewat BitTorrent!
Dari skena lokal tak ada yang lebih
kontroversial dari aksi musisi senior Susilo Bambang Yudhoyono. Namun sayangnya,
aksi kontroversial pria yang telah menelurkan lima album ini tidak ada
hubungannya dengan musik sama sekali, melainkan soal aktivitas politiknya.
Mungkinkah ini strategi demi mendongkrak karir bermusiknya? Entahlah. Yang
pasti, dari segala highlight yang disebutkan di atas tak ada yang mampu
menembus tempat spesial di telinga kami.
-Argo Selig Saputro
Exodus – ‘Salt The
Wound’
Asal: California
Genre: Thrash metal
‘Salt The Wound’ bisa jadi adalah
ajang jalinan kasih paling garang di bulan September. Bayangkan saja, setelah
31 tahun berpisah kini Kirk Hammett dipertemukan kembali dengan band
pertamanya, Exodus untuk menyumbangkan riff-riff
maut miliknya. Hasilnya pun tak diragukan lagi. Duet solo gitar Kirk Hammett
dan Gary Holt terdengar sangat brutal, agresif dan penuh dendam. Hammett dan
Holt seolah beradu cepat siapa yang lebih dulu mampu membunuh dengan solo
gitarnya. Lagu ini memang tak sekuat karya-karya klasik Exodus dan secara garis
besar tidak menawarkan sesuatu yang baru. Rhythm
section dalam lagu ini bahkan cenderung monoton. Meskipun begitu, ‘Salt The
Wound’ masih mampu menegaskan bahwa thrash metal yang baik berasal dari generasi
80an.
-Argo Selig Saputro
Elephant Kind – ‘Oh
Well’
Asal: Jakarta
Genre: Indie rock
‘Oh Well’ nomor baru milik
Elephant Kind yang begitu nyaman didengarkan. Single ini secara resmi memang dirilis pada 1 Oktober, namun video lyric lagu ini telah disebar lebih
dulu tanggal 30 September. Dengan itu
sudah tiga nomor yang telah mereka rilis dan menjadi bukti kesiapan mereka
untuk merilis EP mereka. Band beranggotakan Bam Mastro, Dewa Pratama, Bayu
Adisapoetra dan John Paul Patton ini bisa jadi sebagai salah satu pendatang
baru yang patut diperhitungkan dengan apa yang mereka sajikan dari musik
mereka. Terlepas dari beberapa personil mereka yang telah sukses bersama band
mereka, aroma dari Elephant Kind sendiri dapat dibilang punya aura tersendiri.
Indie rock yang begitu sederhana tersirat pada ‘Oh Well’.
-Harun
Kurnia
Mono – Where We Begin
Asal: Tokyo
Genre: Post-rock
Selalu ada ruang eksperimen baru bagi
band yang telah menginjak usia belasan tahun. Mono tampaknya sadar betul akan
hal itu. Tak tanggung-tanggung, mereka berencana merilis album kembar
konseptual berjudul The Last Dawn dan
Rays of Darkness yang secara karakter
saling membelakangi satu sama lain. The
Last Dawn akan bernuansa lebih terang, sedangkan Rays of Darkness mengambil peran yang lebih gelap. Terdengar cukup ambisius
memang. Apalagi jika ditilik kembali, sebenarnya karya-karya Mono terdahulu
telah cukup memainkan peran-peran tersebut. Namun rupanya Mono menginginkan
lebih dan hal itu langsung dibuktikan lewat ‘Where We Begin’, single yang mewakili The Last Dawn. Lagu berdurasi tujuh
menit ini seolah menampilkan aura-aura tersembunyi Mono yang tak terdengar di
album-album sebelumnya: tenang sekaligus sederhana. Single ini memang tak sekompleks materi-materi mereka sebelumnya,
namun dibalik kesederhanaan ini mereka mampu menciptakan atmosfer megah dan
elegan dengan letupan shoegaze yang orgasmik menjelang pertengahan lagu. ‘Where
We Begin’ jelas adalah prolog sekaligus representasi sempurna dari sisi terang
Mono.
-Argo Selig Saputro
Taring! – ‘Kata-Kata Belum
Binasa’
Asal: Bandung
Genre: Hardcore
Taring! Ya, seperti nama mereka
yang tajam, lagu ‘Kata-kata Belum Binasa' menjadi tanda ketajaman debut album mereka,
Nazar Palagan. Lugas tanpa kompromi,
menjadi dasar untuk menurunkan setiap kata-kata yang begitu provokatif. Aroma
hardcore klasik begitu terasa pada lagu yang mengajak kita agar tidak berhenti
mencari keadilan di bumi pertiwi ini. Lagu yang dipersembahkan untuk mediang
Widji Thukul, yang dihapus keberadaannya oleh rezim Orde Baru dan belum
ditemukan hingga saat ini. “Anji*g” menjadi kata penutup dari gumpalan emosi Taring!
-Harun
Kurnia
Baptists – ‘Calling’
Asal: Vancouver
Genre: hardcore/d-beat/crust
Jika ditanya siapa band yang paling
layak disebut sebagai “the next
Converge” saat ini, maka dengan senang hati saya akan menunjuk Baptists. Semenjak
merilis debut album Bushcraft pada
tahun lalu, Baptists telah menjadi perbincangan hangat di skena metal dan
disebut-sebut sebagai rising star
paling bersinar dari Southern Lord Records berkat nuansa chaos yang adiktif di album tersebut. Tentunya hal ini juga tak
lepas dari peran tangan ajaib gitaris sekaligus mastermind Converge, Kurt Ballou yang bertindak sebagai produser di
album Bushcraft. Kali ini, Baptists
kembali melanjutkan kerjasama mereka dengan Ballou untuk penggarapan album Bloodmines yang rilis pada 14 Oktober
ini. Dan lewat single ‘Calling’,
Baptists memberikan alarm bahwa teror bisa datang dari sudut manapun. Di lagu
ini, mereka memang masih mengandalkan riff-riff
berdaya ledak tinggi, namun sumbu ledak utama lagu ini terletak pada drum work Nick Yacyshyn. Mengandalkan
skill drum Yacyshyn yang di atas manusia normal, Baptists melakukan eksplorasi
seperti yang pernah mereka lakukan pada lagu ‘Still Melt’ di album Bushcraft hingga melahirkan sound yang lebih berat dan tak kalah
jahat. Jadi, jika anda beranggapan bahwa Bloodmines
hanya akan jadi sekadar Bushcraft
jilid dua, maka bersiap-siaplah karena Baptists masih bisa lebih gila dari itu.
-Argo Selig Saputro
0 comments:
Post a Comment